Senin, 04 April 2016

Mbah Sadiman


Mbah Sudiman

            Kick Andi edisi minggu lalu menghadirkan tamu istimewa:  Pak Sudiman dari Wonogiri,  laki-laki bertubuh kecil usia lebih dari 60 tahun yang menghijaukan  tanah tandus seluas lebih 100 hektar. Tanpa biaya pemrintah. Ini gila!  Lebih hebat lagi ia menanami tanah yang bukan miliknya sendiri. Ia Cuma menanam, menanam, dan terus menanam. Tujuannya cuma supaya hutan tanah tandus itu hijau kembali. Titik. Bibitnya kadang dibeli dasi uang yg ia sisakan dari peruntukan keluarga.
Pada acara Kick Andy ini menceritakan kembali saat-saat Pak Sadiman  mendapat award  Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurmabya. Dalam acara bergenngsi ini Pak Sudiman dipanggil ke depan. Menerima semacam fandel.  Entahlah, baginya apa gunanya fandel ini. Ketika ditanya senangkah ia mendapatkan penghargaan itu, ia mengatakan biasa-biasa saja. Ya, memang biasa saja, untuk apa fandel itu! Untuk apa jadi juara! Manusia jenis ini bukanlah manusia yang pandai bicara, atau butuh jadi juara,  apa lagi mendayagunakan secara berlipat penghargaannya untuk keuntungan dirinya layaknya politikus yang melipatkagandakan fungsi  lidahnya tak bertulang. Memuakkan! Tetapi mungkin saja fandel itu ada gunanya, menjadi salah satu barang bagian dari hiasan ruang tamu yang sederhana. Dan, kelak menjadi bahan cerita cucu dan cicit. Syukur-sukur dengan itu cucu atau cicit bisa mendayagunakan vandel itu untuk tujuan politik, ya..jadi lurah...

Vandel penghargaan bergengsi yang diterima dari Menteri ini digendong, dikempit  dengan kedua tangnnya. Kemudian Mbah Sadiman maju ke depan mendekati microfon. Tangan kanannya memcocokan microfon dengan tinggi badannya. Siap berpidato. Dibuka dengan puji syukur. Sepertinya tak fasih mengucap kata “Allah”. Jangan dibandingkan dengan  politisi partai agama! Terimakasih kepada “Gusti Allah”, begitu ia menyebutnya. Setelah kalimat pembuka ini Pak Sadiman lupa lagi entah apa lagi yang mau diucapkan. Tidak sesuai rencana awal tentang apa yang mau dikatakannya. Ya, sudahlah...ia turun dari panggung. Menyalami sejumlah pejabat dan petingggi  LSM yang duduk di depan panggung. Orasi itu isinya hanya pembuka.

Tentu, sekali lagi, manusia jenis ini tak pandai bicara. Untuk menjadi manusia  berguna tak harus pandai bicara..... khairu nas yanfa’u linas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar